24 December 2010

Memoar Kamis, 30 September 2010, "Karakteristik Penerbit"

Seperti Kamis sore-Kamis sore sebelumnya, lepas Ashar 30 September 2010 itu juga anggota FLP Bandung ngariung di selasar timur Masjid Salman. Di Kamisan* itu, kami berbincang tentang karakteristik penerbit. Belum tepat pukul empat, Bang Aswi yang didaulat jadi pembicara telah datang, siap berbagi seputar dunia penerbitan.

Bang Aswi kemudian mulai bercerita tentang seluk-beluk penerbitan. Menurut lelaki penggila olah raga yang menggemari dunia kepenulisan itu, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh mereka yang ingin menerbitkan buku adalah memperhatikan cara merangkai paragraf. Kemaslah paragraf agar cantik dan menarik, perhatikan awal dan akhirnya. Setelah itu semua, agar tulisan kita tampak lebih menarik, bolehlah kita tambahkan ilustrasi.

Lalu, apa proses yang dialami sebuah naskah ketika sudah masuk ke penerbit? Awalnya, naskah yang masuk
akan dipegang oleh editor (dan gerombolannya :) ). Misalnya, di editor tingkat 1 atau proof reader, naskah akan dibaca, dilihat penggunaan tanda baca dan pilihan katanya. Singkatnya, dipilihlah naskah yang menarik untuk dipresentasikan pada rapat redaksi.

Naskah yang dianggap layak untuk diterbitkan, akan memasuki tahap editing, baik manual maupun digital. Selanjutnya, dibuat layout buku: bagian sampul oleh desainer, bagian isi buku oleh layouter. Penyamaan persepsi bagi keduanya dilakukan di rapat artistik.

Setelah itu, dicetaklah versi dummy dari buku tersebut. Dummy merupakan buku contoh dan hanya dibagikan ke beberapa orang, seperti senior editor, tim marketing, tim artistik, dan penulisnya. Melalui dummy, akan dilihat apakah konsep buku sudah pas atau belum. Jika belum, maka akan dilakukan perbaikan.

Tambahan, penerbit biasanya membutuhkan waktu rata-rata tiga bulan untuk memutuskan apakah suatu naskah layak diterbitkan atau tidak.


Fungsi Penerbit dan Jejaringnya

Apa sebenarnya tugas dan fungsi penerbit? Secara umum, beginilah fungsi penerbit:
1. Melakukan pengadaan naskah dengan menghubungi penulis/pengarang atau melalui promosi pengadaan naskah.
2. Melakukan seleksi untuk menjaring naskah-naskah yang layak terbit.
3. Merencanakan waktu penerbitan naskah, termasuk menetapkan target (deadline) terbit sebuah naskah.
4. Merencanakan pengembangan naskah meliputi copy editing, desain interior (perwajahan sampul).
5. Melakukan promosi dan pemasaran buku kepada masyarakat atau calon pembaca.

Industri penerbitan memiliki jejaring kerja yang saling mendukung. Jejaring industri penerbitan terdiri dari:
1. Penulis atau pengarang
2. Penerbit buku (publishing house)
3. Percetakan (printing house)
4. Distributor buku
5. Agen/toko/perpustakaan
6. Klub baca/komunitas
7. Pembaca

Jejaring tersebut kemudian bertambah lagi karena mulai bergairahnya badan jasa alih daya (outsourcing) penerbit yang melayani kebutuhan produksi penerbitan, seperti editing, desain-layout, dan penyelenggaraan kegiatan (event organizer).


Jenis-jenis penerbit

Secara garis besar, ada dua jenis penerbit, yaitu penerbit umum dan khusus. Penerbit umum menerbitkan buku popular ataupun ilmiah secara umum. Penerbit khusus (spesialis) menerbitkan buku-buku khusus, seperti penerbit buku teks (pelajaran), penerbit buku perguruan tinggi, penerbit buku agama/rohani, penerbit buku anak dan remaja, penerbit buku kedokteran, dan penerbit buku referensi.

Dalam perkembangannya, banyak penerbit spesialis yang berubah menjadi penerbit umum dengan menghasilkan banyak imprint (brand penerbitan) yang menyasar pasar khusus. Sebagai contoh, penerbit erlangga meluncurkan imprint Erlangga Kids untuk buku-buku anak dan meluncurkan Esensi untuk buku-buku popular serius.

Menyambung dengan konsep 4C-nya Bambang Trim, kunci suksesnya penerbit adalah gabungan dari Content, Context, Creativity, dan Community. Content berhubungan dengan isi buku yang harus memiliki keunggulan, terutama dalam hal gagasan. Context berhubungan dengan kemasan buku, baik perwajahan eksterior (cover) maupun interior (tata letak isi).

Creativity berhubungan dengan kebebasan berekspresi yang harus diberikan kepada para personal penerbitan, termasuk editor. Namun kebebasan berekspresi ini perlu memilki aturan sehingga tidak kebablasan. Terakhir, community, merupakan objek sekaligus subjek yang harus dibangun oleh penerbit bersama stakeholder-nya. Sudah sepantasnya para penerbit ikut mendukung kegiatan komunitas literasi dan membangun komunitas baca lewat mailing list ataupun website dan blog.


Salam,
Tim Memoar Kamis




*Kamisan adalah kegiatan pekanan FLP Bandung. Diadakan setiap hari Kamis, pukul 16.00-18.00 di selasar timur Masjid Salman. Kegiatan ini bersifat gratis dan terbuka untuk umum.

No comments:

Post a Comment