19 November 2010

Catatan Kamisan 28 Oktober 2010

Kamisan senja itu nampak ramai di Selasar Saman. Beberapa orang datang dan merasa perlu mendapatkan materi mengenai Sejarah Sastra Indonesia yang dipaparkan oleh Nadzilla, lulusan Sastra Indonesia UNPAD.


Pembicaraan diawali dengan pemaparan bahwa HB. Yassin membagi periodisasi sastra ada tiga, yaitu sastra lama, sastra peralihan dan sastra baru. Hal yang membuatnya ingin memperiodesasikan sastra adalah karena persamaan jiwa, persamaan kepentingan, persamaan ciri dan persamaan ide untuk dituliskan. HB Yassin hanya memperiodesasikan sampai tahun 1966. Berikut petikannya:



Angkatan 1920 termasuk ke dalam Angkatan Balai Pustaka. Lebih banyak menggambarkan kedaerahan, kebanyakan orang Padang yang menuliskannya, sehingga bahasa Melayu-nya amat kental. Selain itu biasanya puisi berupa syair, aliran romantik, dan memakai ejaan lama.


Angkatan 1930 termasuk ke dalam angkatan Pujangga Baru, memperjuangkan emansipasi wanita, bercorak kebangsaan, gaya bahasa perumpamaan klise. Puisi-puisinya bukan berisi pantun lagi, namun bercorak romantik.


Tahun 1945, mulailah terjadi narsisme,bermunculan puisi Chairil Anwar yang membumi.


Tahun 1966, sudah masuk ke dalam Balada, Epik, batin hidup menderita, mempersoalkan politik, puisi mantra termasuknya. Sapardi Djoko Damono termasuk angkatan 66, begitu pula Taufik Ismail. Di atas itu semua, penulis angkatan 1960 merasa heran, apa pentingnya periodesasi? Hanya memberikan gap pada golongan, ucap mereka. 


Oleh Sri Al-Hidayati

1 comment:

  1. mantap, sri...
    terus nulis...
    sukses untuk temen2 di flp :)

    ReplyDelete