13 January 2012

SEJARAH SASTRA: ANGKATAN PUJANGGA BARU oleh Topik Mulyana

SEJARAH SASTRA: ANGKATAN PUJANGGA BARU oleh Topik Mulyana

Kamisan FLP Bandung membahas mengenai angkatan Pujangga baru sebenarnya diangkat menjadi angkatan berawal dari majalah sastra dan kebudayaan. Pujangga baru lahir dari tahun 1933 sampai dengan pelarangan pemerintahan Jepang. Pengasuh dari Pujangga baru sendiri antara lain Sultan Takdir Alisyahbana, Armijn Pane, Amir Hamzah dan Sanusi Pane. Setelah Indonesia merdeka, majalah ini terbit lagi pada tahun 1948 sampai dengan 1953.

Pemimpin redaksi Pujangga Baru yakni Sultan Takdir Alisyahbana.
Karya besarnya yakni Layar Terkembang, Dian Tak Kunjung Padam, Di Sarang Penyamun oleh STA, Belenggu, Gamelan Jiwa, Djinak-djinak Merpati Armijn Pane.

Sultan Takdir Alisyahbana mendominasi untuk menyerap Barat. Sehingga mulai menjauh dari cirri kebersamaan dan gotong royong menuju hidup individual.

Sebenarnya pada saat itu Pujangga Baru banyak dihujat, namun ada juga nasionalismenya. Yang apresiatif terhadap Pujangga Baru yakni Hatta dan Syahrir.

Hasil godokan yang berhasil oleh Sultan Takdir yakni Amir Hamzah. Tema yang diangkat lebih individual, puisi yang mengekspresikan dirinya. “Senyum, hatiku, senyum…”

H.B Yasin menyebut Amir Hamzah sebagai “Rajanya Penyair”. Sedangkan puisi yang diangkat Muhammad Yamin mencerminkan bangsa. STA menganggap Materialisme, individualism dan vitalisme itu penting. (Sri Al)

No comments:

Post a Comment