02 April 2013

Menulis Tentang Wanita, Langkah Kecil Mengubah Dunia



Oleh Toto Setiadi

Pernahkah kamu mendengar efek kupu-kupu?
Satu kepak sayap kupu-kupu di Cina menyebabkan Badai di Amerika. Ubah satu ha kecil maka sebenarnya kamu akan mengubah banyak hal.

Aktivitas menulis, bisa menjadi bukan sedekar hobi belaka. Kegiatan yang pada dasarnya meramu dua puluh enam abjad tersebut dari huruf menjadi kata kemudian kalimat lalu paragraph berkembang menjadi bab hingga akhirnya terciptalah sebuah karya, atau bisa disebut sastra. Hal ini tampak sederhana mungkin kecil, tapi dibalik itu semua bila kita sandingkan dengan teori efek kupu-kupu, hanya kecil tersebut sebenarnya sedang menunggu waktu untuk meledak, bagai bom waktu, tapi kita kadang tak pernah tahu kapan dan dimana ledakan itu akan menggelegarnya.

Menulis pada dasarnya adalah berbagi ide, seorang penulis adalah orang sedang berbagi. Mereka berbagi berbagai idenya, tentang apa yang dirasa, ditemukan atau yang tengah meresahkannya, mungkin sekedar melepas galau juga yang tengah melilit pikirannya. Ide, jika kita tahu itu adalah barang yang sangat mahal, boleh jadi satu ide akan membentuk dua karya, tapi karya yang orisinal dari ide tersebut hanya akan terasa satu saja.

Bermula dari ide, gender akan bisa berubah-ubah. Manusia terdiri atas dua jenis, laki-laki dan wanita. Tak bisa diubah dan tak bisa meminta dari awal jenis mana yang akan tercetak pada diri kita, begitu lahir, kita hanya bisa menerima, itu adalah anugerah Tuhan. Dibalik kelaki-lakian atau kewanitaan itu ada fungsinya masing-masing yang mana sudah pula disesuaikan, tetapi kini seiring berlalunya waktu mengubah zaman fungsi-fungsi tersebut kadang berontak, bagai roda mereka bisa berputar bahkan bertukar peran. Inilah gender nilai-nilai yang berada dibalik jenis kelamin manusia dan itu dibangun oleh kondisi sosial sekitar, dari sinilah pula lahirlah maskulin dan feminism.

Saat seorang penulis menulis, saat seorang penulis berbagai ide lewat tulisannya. Khususnya yang berkaitan dengan wanita, kadang tulisan tersebut sarat bermuatan gender. Hal inilah yang saya rasakan pada kumpulan cerpen  “suami sempurna” karya Almarhum Nurul F Huda. Pada beberapa cerita yang ada pada cerpen ini khususnya yang berkaitan dengan kewanitaan, dalam konteks sosial, penulis mencoba berontak, dengan menawarkan ide yang ingin penulis sampaikan lewat cerita tersebut mengenai kondisi yang penulis harapkan atas kondisi yang tengah terjadi kini, terutama pada para wanita. Mengingat bahwa gender ini bisa sewaktu-waktu berubah, maka dari tulisan itulah penulis memulai langkahnya untuk merekontruksi ulang nilai-nilai gender yang tengah terjadi kini dengan harapan kelak kondisi wanita lebih baik. hal ini bukan berarti kondisi sekarang buruk, inilah waktu, sewaktu-waktu, waktu terasa baik, tapi waktu berikutnya waktu menenggelamkan, waktu tak berpihak, ia hanya berputar, sesuai fitrahnya. Mempergilirkan kondisi tentang waktu.


Ingat ubah satu hal-mengubah banyak hal.

No comments:

Post a Comment